Harga : Rp. 750.000,00
Bahan : Bulu Burung Tingang
Deskripsi Barang :
Dulunya Burung Enggang dianggap sakral bagi Suku Dayak, dan tidak boleh diburu apalagi dimakan. Apabila Burung Enggang ditemukan mati, maka jasadnya tidak dibuang. Bagian kepalanya akan digunakan sebagai hiasan kepala. Rangka kepala Burung Enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan kepala ini pun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat saja.
Namun sekarang, seiring perkembangan zaman hiasan kepala ini bisa dipakai oleh siapa pun, biasanya digunakan sebagai aksesoris untuk kepala para penari Dayak dalam acara adat atau yang lainnya.
ditemukanDalam budaya Suku Dayak
Kalimantan, burung enggang selalu menjadi bagiannya. Mitos dan cerita
di balik burung enggang berbeda-beda di setiap daerah salah satu mitos
tersebut mengatakan burung enggang adalah penjelmaan dari Panglima
Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman
kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang. Umumnya
burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak
dibuang. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala
burung enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan
kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Dalam budaya Suku Dayak
Kalimantan, burung enggang selalu menjadi bagiannya. Mitos dan cerita
di balik burung enggang berbeda-beda di setiap daerah salah satu mitos
tersebut mengatakan burung enggang adalah penjelmaan dari Panglima
Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman
kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang. Umumnya
burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak
dibuang. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala
burung enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan
kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6
Dalam budaya Suku Dayak
Kalimantan, burung enggang selalu menjadi bagiannya. Mitos dan cerita
di balik burung enggang berbeda-beda di setiap daerah salah satu mitos
tersebut mengatakan burung enggang adalah penjelmaan dari Panglima
Burung. Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman
kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan hadir saat perang. Umumnya
burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
dimakan. Bila ada burung enggang yang ditemukan mati, jasadnya tidak
dibuang. Bagian kepalanya digunakan untuk hiasan kepala. Rangka kepala
burung enggang yang keras bertulang akan tetap awet bentuknya. Hiasan
kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang-orang terhormat.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/octoyubelt/mengenal-burung-enggang-khas-kalimantan_5516e9f3a333117e7aba7ef6